
Berita Infotaiment Terupdate
Keluarga hiburan Indonesia kembali bergetar atas kepergian Hj. Ani Sumarni, legenda sinetron 90-an yang karya-karyanya menjadi fondasi industri drama televisi modern. Sang ibunda menghembuskan napas terakhir pada 17 April 2025 di RSCM Jakarta setelah sebelumnya dirawat karena infeksi paru-paru dan mengalami henti jantung.
Dalam berbagai kesempatan, Cici dan Siti berbagi kenangan mendalam tentang sosok ibu mereka yang penuh kasih. Berikut kisah-kisah mengharukan yang mereka ungkapkan.
1. Detik-Detik Kritis Sang Ibu: Dari Keluhan Sesak Napas hingga Kolaps di Ruang Perawatan
Cici Paramida mengungkapkan momen menegangkan saat ibunya mengeluh sesak napas disertai batuk, yang akhirnya terbukti sebagai infeksi paru-paru setelah pemeriksaan rontgen. Kondisi tersebut memaksa sang ibu untuk dirawat inap. Namun, tak disangka, baru saja masuk ke ruangan, ibunya tiba-tiba tak sadarkan diri akibat henti jantung mendadak, memicu kepanikan dan perjuangan tim medis untuk menyelamatkannya.
"Ibu sempat dipompa jantung, detaknya muncul lagi, tapi kesadarannya tidak kembali. Itu yang membuat ibu tidak sadarkan diri sejak awal masuk hingga akhir hayatnya," kata Cici dengan sedih.
Ia meyakini bahwa kondisi ini adalah cara Allah mempersiapkan mental keluarga untuk melepas kepergian sang ibu dengan ikhlas.
2. Tradisi Ramadan yang Selalu Ditunggu
Salah satu kenangan terindah yang diungkapkan Cici dan Siti adalah kebiasaan sang ibu saat Ramadan.
Ibu tak pernah bosan mengingatkan kami untuk selalu buka puasa dan sahur bareng-bareng. Dia senang sekali kalau semua anak dan cucu berkumpul," kenang Cici.
Ramadan kali ini mengalir dengan ritme yang asing, seakan waktu berjalan di ruang yang berbeda bagi mereka.
"Saat buka puasa, terasa sunyi. Tidak ada lagi suara ibu menanyakan makanan kesukaan kami, tidak ada lagi masakan spesial buatannya," ujar Siti dengan suara lirih 1.
3. Kasih Sayang lewat Masakan dan Perhatian Kecil
Roesnaeni dikenal sebagai sosok yang sangat perhatian, terutama dalam hal memasak untuk anak-anaknya.
"Ibu selalu bikinkan makanan favorit kami. Kalau kami di rumah, dia pastikan kami makan masakannya, bukan jajan di luar. Itu kebahagiaannya," cerita Cici.
Bahkan, Siti mengungkapkan bahwa ibunya tidak pernah meminta apa pun dari anak-anaknya.
"Ibu hanya ingin kami berkumpul. Baginya, kebersamaan dengan anak dan cucu adalah kebahagiaan terbesar," kata Siti.
4. Rasa Tak Pernah Cukup Berbakti
Meski telah memberikan yang terbaik, baik Cici maupun Siti mengaku merasa belum cukup berbakti.
"Sebagai anak, kami tidak pernah merasa puas. Ibu yang merawat kami sejak kecil, rasanya pengin terus berbuat lebih," ungkap Siti.
Cici juga menyampaikan betapa beratnya melewati hari-hari tanpa kehadiran sang ibu.
"Setiap malam aku bermimpi dipeluk ibu. Aku rindu suaranya, senyumnya, segalanya," kata Cici.
5. Pesan Terakhir Sang Ibu: "Berkumpulah Selalu"
Sebelum meninggal, Roesnaeni sempat menyampaikan keinginan terbesarnya: agar keluarga tetap kompak dan sering berkumpul.
"Ibu bilang, 'Nanti mau buat apa? Ayo kumpul sama cucu-cucu.' Itu pesan terakhir yang paling kami ingat," kata Cici.
Kini, pesan itu menjadi pengingat abadi bagi Cici dan Siti untuk terus menjaga keharmonisan keluarga.
Penutup: Doa untuk Sang Ibunda
Cici dan Siti memohon doa dari para penggemar agar ibunda mereka ditempatkan di surga.
"Mohon dimaafkan segala salah dan khilafnya. Mohon doakan almarhumah," tulis Cici di media sosial.
Kehilangan seorang ibu memang meninggalkan luka yang dalam, tetapi kenangan indah dan kasih sayangnya akan tetap hidup selamanya dalam hati anak-anaknya.
"Ibu, terima kasih untuk semua cinta dan pengorbananmu. Kami akan terus merindukanmu."